Rabu, 05 Februari 2014

Laporan KKN Profesi


LAPORAN AKHIR
MAHASISWA KKN PROFESI
ANGKATAN IV TAHUN 2013
UIN ALAUDDIN
 









DESA                          : BONTOSUNGGU
KECAMATAN         : BONTONOMPO SELATAN
KABUPATEN           : GOWA




UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Pengesahan
Peta Kecamatan Bontonompo Selatan
Peta Desa Bontosunggu
Selayang Pandang Desa Bontosunggu
Hasil Kegiatan
a.       Daftar Program Kerja Fisik
b.      Daftar Program Kerja Non-Fisik
c.       Daftar Keuangan
Faktor Pendukung
Faktor Penghambat
Saran-Saran
Lampiran-Lampiran






KATA PENGANTAR

إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمدا عبده ورسوله

            Tidak habis-habisnya kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena dari limpahan rahmat dan karunia-Nya, hingga kini kita tetap bertahan menjaga keimanan kita sebagai tingkat nikmat yang paling tinggi dan sempurnalah hidup kita. Sungguh, segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang memberikan cahaya hidayah kepada siapa yang dikehendaki, dan menunjukkan jalan yang lurus serta nikmat yang berberkah. Tidak dapat dipungkiri bahwa, kita tidak pernah lepas dari berbagai macam amalan. Ya, sebab kita tidak mau satupun perbuatan kita terlewat tanpa adanya kebaikan yang didapatkan, sehingga kami dengan Laporan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Profesi Angkatan ke IV ini mampu memberatkan timbangan amalan di akhirat kelak. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, keluarga beliau, para sahabat, tabi’in, tabi’uttabi’in, serta orang-orang yang istiqamah di jalan kebenaran ini, hingga hari yang telah ditentukan, sehingga dapat menyelesaikan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Profesi Angkatan ke IV Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar serta penyusun laporan akhir sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Laporan ini berisi tentang laporan hasil kegiatan KKN-Profesi Angkatan IV selama berada di lokasi beserta informasi dan data-data yang mendukung. Laporan ini terdiri dari empat Bab, yaitu Bab I Pendahuluan, Bab II Gambaran Umum Lokasi KKN-Profesi Bab III Hasil Pelaksanaan Kegiatan, dan Bab IV Penutup.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu kami selama kegiatan KKN-Profesi dan dalam penyusunan laporan ini, kepada :
1.      Bapak Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar,
2.      Risma Hnadayni, S. IP, M. Si selaku pembimbing,
3.      Tim LP2M yang telah membimbing kami dan memberikan banyak masukan dan arahan dalam pelaksanaan kegiatan,
4.      Bapak Kepala Wilayah Kecamatan Bontonompo Selatan yang banyak memberi masukan, arahan dan informasi,
5.      Bapak Kepala Desa Bontosunggu dan keluarga yang telah bersediah menerima kami selama berada di lokasi KKN Profesi UIN Alauddin Makassar Angkatan ke IV 2013,
6.      Bapak Iman Desa, Ketua PNPM Desa Bontusunggu, Ketua BPD Desa Bontosunggu, Sekretaris Desa Bontosunggu, dan Kepala Koperasi Desa Bontosunggu beserta keluarga yang telah bersediah menerima kami selama berada di lokasi KKN Profesi UIN Alauddin Makassar Angkatan IV 2013,
7.      Teman-teman KKN Profesi yang senantiasa menjaga kekompakan dalam melaksanakan kegiatan,
8.      Masyarakat Desa Bontosunggu yang senantiasa ramah dan ringan tangan dalam membantu kami selama di lokasi KKN Profesi, serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam laporan ini masih terdapat kekurangan baik dari segi pembahasan maupun penyusunan kegiatan Mahasiswa KKN Profesi. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik maupun masukan yang bersifat membangun dari para pembaca, rekan mahasiswa, dan dosen pembimbing demi kesempurnaan penyusunan laporan-laporan selanjutnya.
Akhir salam, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.

Bontosunggu,    November 2013


   Penyusun








Peta Kecamatan Bontonompo Selatan


Peta Desa Bontosunggu

SELAYANG PANDANG DESA BONTOSUNGGU

Selayang pandang Desa Bontosunggu  merupakan  kajian  data  tentang  Desa Bontosunggu  yang  meliputi  letak  administratif,  aspek  fisik  dasar,  aspek kependudukan,  aspek  sarana,  aspek  prasarana, dan aspek social budaya.  Untuk  lebih  jelasnya, dapat dilihat  sebagaimana  pada  pembahasan  gambaran  Wilayah  Desa  Bontosunggu sebagai berikut:
A.      Letak Administratif  Desa Bontosunggu
Desa Bontosunggu merupakan desa pemekaran dari Desa Sala’jangki pada tahun 1990, secara bahasa Desa Bontosunggu itu berasal dari bahasa Bugis – Makassar yang berarti sejahtera (Bersungguh–sungguh). Luas wilayah Desa Bontosunggu adalah 4,07 Km dan jarak dari pusat kota yakni Kecamatan Bontonompo Selatan adalah 2 Km . Secara administratif, Desa Bontosunggu memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
Ø  Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Bontoramba Kecamatan Bontonompo Selatan.
Ø  Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sandrobone Kecamatan Sandrobone Kabupaten Takalar.
Ø  Sebelah timur berbatasan dengan Desa Tonasa Kecamatan Sandrobone Kabupaten Takalar.
Ø  Sebelah barat berbatasan dengan Desa Sala’jangki Kecamatan Bontonompo Selatan
Desa Bontosunggu memiliki 5 Dusun, yaitu Dusun Bontociniayo, Dusun Sorobaya, Dusun Tamalate, Dusun Kampung Beru, dan Dusun Gallang.
Tabel 1:
Luas Wilayah Per Dusun di Desa Bontosunggu Tahun 2013
No
Dusun
Luas Wilayah (Km2)
Persentase (%)
1
Bontociniayo
1,19
29,24
2
Tamalate
0,70
17,20
3
Gallang
0,46
11,30
4
Kampung Beru
1,05
25,80
5
Sorobaya
0,67
16,46
Jumlah
4,07
100
Sumber: Perhitungan Analisis GIS Tahun 2013

Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa Dusun yang memiliki luas wilayah paling luas di Desa Bontosunggu yaitu Dusun Bontociniayo dengan persentase 29,24% dan luas wilayah 1,19 Km2. Sedangkan Dusun yang paling terkecil di Desa Bontosunggu yaitu Dusun Gallang dengan persentase 11,3% dan luas wilayah 0,46 Km2.
B.       Aspek Fisik Dasar
Penjelasan mengenai aspek fisik dasar Desa Bontosunggu merupakan suatu kajian terhadap kondisi fisik yang dimiliki oleh wilayah ini agar dapat dijadikan sebagai acuan dasar dalam suatu perencanaan pembangunan kedepannya. Kondisi fisik dasar di Desa Bontosunggu meliputi Kondisi topografi, hidrologi, klimatologi, dan jenis tanah.
1.       Kondisi Topografi
Desa Bontosunggu memiliki keadaan topografi yang relatif datar dengan ketinggian 0-50 mdpl. Jika dintinjau dari tingkat kemiringan lereng, Desa Bontosunggu memiliki tingkat kemiringan lereng 0-8%.
2.         Kondisi Hidrologi
Kondisi hidrologi Desa Bontosunggu dapat dikelompokan sebagai air permukaan dan air tanah. Sumber air permukaan di wilayah terdiri atas sungai, akan tetapi sungai-sungai tersebut sebagian besar hanya memiliki daerah aliran sungai dan daerah tangkapan yang sempit dan sebagian lagi hanya lintasan yang tidak memiliki debit air tawar. Adapun sumber air tanah di Desa Bontosunggu ini umumnya berupa sumur dangkal dengan kedalaman antara 5 sampai 10 meter, atau sumur dalam hasil pengeboran dengan kedalaman antara 45 sampai 100 meter.
3.      Kondisi Klimatologi
Seperti halnya dengan kondisi klimatologi pada Kabupaten Gowa dalam Angka 2012, di Desa Bontosunggu juga hanya memiliki musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau dimulai pada Bulan Juni hingga September, sedangkan musim hujan dimulai pada Bulan Desember hingga Maret. Keadaanseperti itu berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan, yaitu Bulan April-Mei dan Oktober-Nopember.

4.         Kondisi Geologi dan Jenis Tanah
Ditinjau dari aspek geologi, Desa Bontosunggu ditutupi oleh struktur batuan endapan aluvium sungai dan dari aspek jenis tanah, Desa Bontosunggu umumnya mempunyai jenis tanah Alluvial/Tanah Endapan yaitu tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang mengendap di dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian.
C.      Aspek Penggunaan Lahan
Dari total luas wilayah Desa Bontosunggu yakni 407 Ha, maka dapat diperincikan berdasarkan hasil survey lapangan terhadap jenis-jenis penggunaan lahannya dan berdasarkan kondisi fisik dasar lahan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor mendasar seperti kondisi fisik dasar lahan dan aktivitas masyarakat menunjukkan bahwa pola penggunaan lahan di Desa Bontosunggu didominasi oleh lahan sawah dengan luas 289,301 Ha dan penggunaan lahan lainnya yaitu berupa kebun campuran seluas 47,651 Ha, tambak 48,7881 Ha, perumahan 17,562 Ha, fasilitas perkantoran 0,042 Ha, fasilitas pemakaman 0,189 Ha, lapangan 0,329 Ha, fasilitas pendidikan 0,946 Ha, lapangan peribadatan 0,156 Ha, fasilitas kesehatan 0,0342 Ha, dan jalan 2,0017 Ha.





Tabel 2:
Pola Penggunaan Lahan di Desa Bontosunggu Tahun 2013
No
Jenis Penggunaan Lahan
Luas (Ha)
Persentase (%)
1
Sawah
289,301
71,08
2
Kebun Campuran
47,651
11,71
3
Tambak
48,7881
11,987
4
Perumahan
17,562
4,315
5
Fasilitas Perkantoran
0,0342
0,008
6
Fasilitas Pemakaman
0,189
0,0046
7
Lapangan
0,329
0,080
8
Fasilitas Pendidikan
0,946
0,232
9
Fasilitas Peribadatan
0,156
0,038
10
Fasilitas Kesehatan
0,42
0,103
11
Jalan
2,0017
0,492
Jumlah
407
100
Sumber: Survey Lapangan, Citra Satelit, dan Perhitungan Analisis GIS Tahun 2013

Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa penggunaan lahan yang paling dominan di Desa Bontosunggu yaitu berupa penggunaan lahan sawah dengan persentase 71,08%. Sedangkan penggunaan lahan yang paling minoritas yaitu berupa lahan untuk sarana perkantoran dengan persentase 0,008%.


D.       Aspek Demografi (Kependudukan)
Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam pembangunan khususnya di wilayah Desa Bontosunggu. Dalam nilai universal penduduk merupakan pelaku dan sasaran pembangunan sekaligus yang menikmati hasil pembangunan. Dalam kaitan peran penduduk tersebut, kualitas mereka perlu ditingkatkan dan pertumbuhan serta mobilitasnya harus dikendalikan. Untuk lebih jelasnya mengenai aspek demografi di Desa Bontosunggu dapat dilihat pada penjelasan berikut.
1.      Jumlah dan Perkembangan Penduduk
Perkembangan penduduk di Desa Bontosunggu dalam kurun waktu 5 tahun terakhir cenderung mengalami penurunan tiap tahunnya. Penurunan angkatan jumlah penduduk disebabkan oleh meningkatnya migrasi keluar dan angka kematian di wilayah tersebut.Menurut hasil registrasi penduduk oleh Mahasiswa Kebidanan pada Juni 2013, jumlah penduduk di Desa Bontosunggu berjumlah 2.618 jiwa.
Pada tahun 2009 jumlah penduduk di Desa Bontosunggu berjumlah 2.788 jiwa, tahun 2010 jumlah penduduk di wilayah ini mengalami penurunan sebanyak 62 jiwa sehingga menjadi 2.726 jiwa, dan pada tahun 2011 juga mengalami penurunan hingga pada bulan Juni Tahun 2013.




Tabel 3:
Jumlah dan Perkembangan Penduduk 5 Tahun Terakhir di Desa Bontosunggu
No.
Tahun
Jumlah Penduduk
( Jiwa )
Pertambahan
Persentase (%)
1.
2.
3.
4.
5.
2009
2010
2011
2012
2013
2.788
2.726
2.703
2.683
2.618
-
-62
-23
-20
-65
-
-2,27
-0,85
-0,74
-2,48
Rata-Rata
2.704
-43
-1,58
Sumber: Survey Lapangan, Citra Satelit, dan Perhitungan Analisis GIS Tahun 2013
2.      Kepadatan Penduduk
Desa Bontosunggu yang memiliki luas wilayah 4,07 Km2 dan jumlah penduduk 2.618 jiwa memiliki tingkat kepadatan penduduk 643 jiwa/km2






.
Tabel 4:
Kepadatan Penduduk Per Dusun di Desa Bontosunggu Juni 2013

No
Dusun
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Luas Wilayah
(Km2)
Kepadatan Penduduk
(Jiwa/Km2)
1
Bontociniayo
920
1,19
773
2
Tamalate
386
0,70
551
3
Sorobaya
380
0,67
567
4
Kampung Beru
533
1,05
508
5
Gallang
399
0,46
867
Kepadatan Penduduk
2.618
4,07
643
Sumber: Laporan P-AKK Mahasiswa Kebidanan UIT Juni 2013 dan Perhitungan Mahasiswa KKN-P UIN Angkatan IV

3.      Penduduk Menurut Kepala Keluarga
Berdasarkan hasil registrasi jumlah penduduk yang telah dilakukan oleh mahasiswa kebidanan pada juni 2013, jumlah kepala keluarga yang terdapat di Desa Bontosunggu yaitu sebanyak 591 KK. Jumlah kepala keluarga yang terbanyak terdapat di Dusun Bontociniayo dengan persentase 35,14% dan jumlah penduduk 224 jiwa. Sedangkan jumlah kepala keluarga yang paling sedikit yaitu terdapat di Dusun Gallang dengan persentase 15,24% dan jumlah penduduk 60 jiwa.

Tabel 5:
Jumlah Penduduk Menurut Kepala Keluarga di Desa Bontosunggu Juni 2013
No
Dusun
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Jumlah
Kepala Keluarga
(KK)
Persentase
(%)
1
Bontociniayo
920
224
35.14
2
Tamalate
386
90
14.74
3
Sorobaya
380
91
14.51
4
Kampung Beru
533
126
20.35
5
Gallang
399
60
15.24
Jumlah
2618
591
100
Sumber: Laporan P-AKK Mahasiswa Kebidanan UIT Juni 2013

4.       Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Penduduk Desa Bontosunggu pada juni 2013 yang berjumlah 2.618 jiwa di dominasi oleh penduduk yang berjenis kelamin perempuan yakni dengan jumlah 1.335 jiwa dan penduduk laki-laki yang berjumlah 1.283 jiwa. Jadi sex ratio penduduk menurut jenis kelamin di Desa Bontosunggu yaitu 96% yang berarti dalam 96 orang penduduk perempuan, terdapat satu orang penduduk laki-laki.

Tabel 6:
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Bontosunggu Juni 2013
No
Dusun
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Sex
Ratio
Laki-Laki
Perempuan
1
Bontociniayo
464
456
920
101
2
Tamalate
181
205
386
88
3
Sorobaya
173
207
380
83
4
Kampung Beru
255
278
533
92
5
Gallang
210
189
399
111
Jumlah
1.283
1.335
2.618
96
Sumber: Laporan P-AKK Mahasiswa Kebidanan UIT Juni 2013

E.       Aspek Sarana
1.    Sarana Perkantoran dan Pemerintahan
Fasilitas perkantoran merupakan fasilitas penting bagi suatu wilayah. Suatu daerah tidak akan menjalankan tugas-tugas pemerintahannya dengan baik jika tidak memiliki fasilitas perkantoran. Begitupun dengan Pemerintah Desa Bontosunggu harus menyediakan fasiltas perkantoran dan pemerintahan yang memadai bagi wilayahnya. Adapun fasilitas perkantoran yang terdapat di Desa Bontosunggu yaitu berjumlah dua unit yaitu berupa Kantor Desa Bontosunggu dan Koperasi Unit Desa yang terletak di Dusun Bontociniayo.

2.    Sarana Pendidikan
Pendidikan memang bukan segala-galanya.Pendidikan memang tidak otomatis membuat hidup orang sejahtera, karena pendidikan hanya merupakan alat yang tergantung oleh siapa penggunanya. Namun pendidikan adalah alat perubahan yang terbukti sudah merubah banyak orang menjadi terhormat, berharkat  dan sejahtera. Karena itu setiap wilayah hendaknya tidak hanya menjadikan sekolah sebagai fasilitas complementary (pelengkap) saja, tetapi merupakan fasilitas utama. Sarana pendidikan yang berkualitas dan berjangkau sehingga semua segmen penghuninya dapat mengekses pendidikan tersebut wajib tersedia.
Begitupun dengan wilayah Desa Bontosunggu harus menyediakan fasiltas pendidikan untuk para penduduknya. Di Desa Bontosunggu terdapat 6 unit sarana pendidikan, yaitu 1 unit TK/PAUD, 4 unit SD, dan 1 unit Pesantren yang sederajat dengan tingkat SMP.









Tabel 7:
Jumlah Sarana Pendidikan di Desa Bontosunggu Tahun 2013
No.
Dusun
Sarana Pendidikan
TK/
PAUD
SD/MI
SLTP/
Pesantren
SLTA
1.
2.
3.
4.
5.
Bontociniayo
Gallang
Tamalate
Sorobaya
Kampung Beru
-
-
-
-
1
1
1
1
1
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Jumlah
1
4
1
-
 Sumber: Hasil Survey Lapangan Tim Tahun 2013

3.    Sarana Kesehatan
Pembangunan dalam bidang kesehatan atau peningkatan kualitas kesehatan masyarakat merupakan salah satu bagian terpenting dalam pembangunan sumber daya manusia sehingga pemerintah telah mencanangkan Program Indonesia Sehat sejak tahun 2010.untuk mewujudkan misi tersebut diperlukan keterlibatan seluruh pihak tekait dalam hal aparatur pemerintahan dari pusat sampai daerah dan terutama sekali dukungan berupa peran serta aktif dari masyarakat. Salah satu program ini adalah ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan yang baik akan membawa pengaruh positif bagi kualitas hidup masyarakat secara menyeluruh. Olehnya itu, Pemerintah di Desa Bontosunggu menyediakan fasilitas kesehatan yang berjumlah 7 unit yang terdiri dari, 1 unit Puskesmas Pembantu, dan 5 unit Posyandu.
Tabel 8:
Jumlah Fasilitas Kesehatan Menurut Dusun di Desa BontosungguTahun 2013
No
Dusun
Fasilitas Kesehatan
Jumlah
(Unit)
Poskesdes
Posyandu
Pustu
1
2
3
4
5
Bontociniayo
Gallang
Tamalate
Sorobaya
Kampung Beru
1
-
-
-
-
1
1
1
1
1
1
-
-
-
-
3
1
1
1
1
Jumlah
1
5
1
7
Sumber: Laporan P-AKK Mahasiswa Kebidanan dan Survey Lapangan Tahun 2013

4.         Sarana Peribadatan
Jika dilihat dari apek keagamaan, jumlah penduduk Desa Bontosungguyang berjumlah 2.618 jiwa, semuanya beragama Islam dan juga kerukunan kehidupan beragama sangat terjaga di wilayah ini. Dari segi sarana ibadah, jumlahnya tersebar secara disluruh dusun yang semuanya berjumlah 7 unit masjid.




Tabel 9:
Jumlah Fasilitas Peribadatan Menurut Dusun di Desa Bontosunggu Tahun 2013

No
Dusun
Fasilitas Peribadahan
Jumlah
Masjid
Mushollah
1
Bontociniayo
3
-
3
2
Tamalate
1
-
1
3
Gallang
1
-
1
4
Kampung Beru
1
-
1
5
Sorobaya
1
-
1
Jumlah
7
-
7
Sumber: Hasil Survey Lapangan Tahun 2013

5.         Sarana Perdagangan
Sarana perdagangan merupakan unsur karya dalam perencanaandan pembangunan suatu wilayah. Disamping sebagai sarana  perbelanjaan juga merupakan fasilitas kerja bagi kelompok yang lain. Salah satu upaya dalam meningkatkan laju perekonomian masyarakat Desa Bontosunggu adalah dengan tersedianya sarana perdagangan yang melayani kebutuhan masyarakatnya, hanya saja jangkauan fasilitas perdagangan yang terdapat di wilayah ini masih bersifat lokal, yakni hanya dimanfaatkan oleh warga yang tinggal di Desa Bontosunggu itu sendiri.
Tabel 10:
Jumlah Fasilitas Perdagangan di Desa Bontosunggu Tahun 2013
No.
Dusun
Fasilitas Perdagangan
Pasar
Warung/Kios
Toko
1
2
3
4
5
Bontociniayo
Gallang
Tamalate
Sorobaya
Kampung Beru
-
-
-
-
-
4
2
3
2
3
1
-
-
-
-
Jumlah
-
14
1
Sumber : Hasil Survey Lapangan Tahun 2013

6.         Fasilitas Open Space/Olahraga
Fasilitas Openspace/Olahraga merupakan fasilitas ruang terbuka yang dijadikan sebagai lapangan dan pemakaman oleh masyarakat di Desa Bontosunggu. Jumlah lapangan sepak bola yang terdapat diwilayah ini berjumlah 2 unit.Sedangkan pemakaman berjumlah 3 unit.







Tabel 11:
Jumlah Fasilitas Olahraga / Open Space di Desa Bontosunggu Tahun 2013
No.
Fasilitas Olahraga/ Open Space
Dusun
Jumlah (Unit)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1
2
Lapangan Sepak Bola
Pemakaman
-
-
1
1
-
-
-
-
1
2
2
3
Jumlah
-
2
-
-
3
5
Sumber: Hasil Survey Lapangan Tahun 2013
Keterangan:
1.Bontociniayo
2.Tamalate
3.Gallang
4.Sorobaya
5.Kampung Beru
F.       Aspek Prasarana
Prasarana merupakan kelengkapan dasar fisik suatu sistem bangunan yang memungkinkan bangunan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Lebih jelasnya prasarana yang utama bagi berfungsinya wilayah tersebut adalah jaringan jalan untuk mobilitas orang dan angkutan barang, mencegah perambatan kebakaran serta untuk menciptakan ruang dan bangunan yang teratur, jaringan air bersih, jaringan telekomunikasi, jaringan saluran pembuangan air limbah dan tempat pembuangan sampah untuk kesehatan lingkungan, serta jaringan saluran air hujan untuk pematusan (drainase) dan pencegahan banjir setempat.
Fungsi prasarana adalah untuk melayani dan mendorong terwujudnya lingkungan permukiman dan lingkungan usaha yang optimal sesuai dengan fungsinya. Upaya memperbaiki dan mengembangkan lingkungan membutuhkan keseimbangan antara tingkat pelayanan yang ingin diwujudkan dengan tingkat kebutuhan dari masyarakat pengguna dan pemanfaat prasarana dalam suatu wilayah/kawasan pada suatu waktu tertentu, keseimbangan diantara kedua hal tersebut akan mengoptimalkan pemakaian sumber daya yang terbatas (Diwiryo, 1996:1). Adapun prasarana yang ada di Desa Bontosunggu, yaitu sebagai berikut.
1.      Sistem Transportasi
Sistem transportasi merupakan suatu sistem yang mempunyai peranan penting untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat karena keintegralan sistem ini akan menghasilkan pola dan aksesibilitas pergerakan antar dan inter kawasan yang semakin baik. Jarak, biaya, waktu tempuh dalam suatu pergerakan yang efektif dan efisien adalah suatu tingkat kenyamanan dan keamanan yang diterjemahkan dalam tingkat pelayanan pergerakan (level of service).
Berdasarkan hasil survey, sistem transportasi yang terdapat di Desa Bontosunggu sudah efektif dan efisien.Hal tersebut dapat ditinjau dari kondisi sarana dan prasarana transportasinya.

a)        Sarana transportasi di Desa Bontosunggu
Sarana transportasi yang terdapat di Desa Bontosunggu yaitu berupa kendaraan pribadi (motor dan mobil),o jek, dan mobil angkutan.
b)        Prasarana transportasi di Desa Bontosunggu
Prasarana transportasi yang terdapat di Desa Bontosunggu yaitu hanya berupa prasarana jaringan jalan. Prasarana jalan merupakan prasarana yang sangat penting untuk menunjang kelancaran perhubungan darat dan akan menentukan dalam pengembangan struktur wilayah desa.
Tabel 12:
Panjang Jalan Menurut Dusun di Desa Bontosunggu Tahun 2013
No.
Nama Dusun
Panjang Jalan
(Meter)
1
Bontociniayo
3458,71
2
Sorobaya
1827,437
3
Kampung Beru
1459,917
4
Tamalate
2066,141
5
Gallang
721,013
Jumlah
9533,218
Sumber: Perhitungan Analisis GIS Tahun 2013

Dari tabel 12 dapat diketahui bahwa panjang jalan keseluruhan yang terdapat di Desa Bontosunggu yaitu 9533,218 meter. Dusun yang memiliki jalan yang terpanjang yaitu Dusun Bontociniayo yaitu dengan panjang jalan 3458,71 meter. Sedangkan Dusun yang memiliki panjang jalan yang terpendek yaitu Dusun Gallang dengan panjang jalan yang dimiliki hanya 721,013 meter.
Penjelasan tentang jaringan jalan di Desa Bontosunggu tidak terbatas hanya pada panjang jalan yang dimiliki, karena dalam pengklasifikasiannya, Penjelasan mengenai klasifikasi jaringan jalan yang terdapat di Desa Bontosunggu terdiri atas tiga yaitu jalan menurut fungsinya, jalan menurut kondisinya, dan jalan menurut jenisnya.
2.      Jaringan Drainase
Drainase adalah lengkungan atau saluran air dipermukaan atau dibawah tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia. Jaringan drainase ini pada umumnya berguna untuk menanggulangi bahaya banjir.
Jaringan drainase yang terdapat di Desa Bontosunggu yaitu berupa jaringan drainase tersier. Jaringan drainase diwilayah ini dikategorikan ke dalam drainase tersier karena pada hakikatnya fungsi jaringan drainase mengikut pada hierarki fungsi jalan yang ada dan telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya bahwa fungsi jalan yang terdapat di Desa Bontosunggu yaitu berupa fungsi jalan local dan lingkungan sehingga jaringan drainsenya masuk dalam kategori drainase tersier.
Adapun kondisi dari jaringan drainase di Desa Bontosunggu yaitu kurang baik karena keberadaan dari jaringan drainase di wilayah ini terputus-putus dan kondisi bangunannya tidak berfungsi sebagaimana dengan kegunaan utamanya yaitu untuk mengalirkan air karena jaringan drainase yang ada sekarang ini kurang terawat oleh masyarakatnya.
3.      Jaringan Air Bersih dan Sanitasi
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum dan berperan juga sebagai faktor utama pembangunan. Untuk itu air perlu dilindungi agar dapat tetap bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Pengertian tersebut menunjukkan bahwa air memiliki peran yang sangat strategis dan harus tetap tersedia dan lestari, sehingga mampu mendukung kehidupan dan pelaksanaan pembangunan di masa kini maupun di masa mendatang. Kawasan  pedesaan dengan tingkat pembangunan yang masih tergolong minim dan pertumbuhan penduduk yang rendah, air bersih merupakan barang yang tidak langka dan tidak mahal. Namun melihat dari kondisi fisik dari wilayah ini dan sistem penyediaan air bersih di Desa Bontosunggu yang secara umum masyarakatnya memperoleh dari air sumur gali dan air sumur hasil pengeboran ini, terkadang masyarakat setempat juga merasakan kesulitan untuk memperoleh air bersih karena desa ini juga biasa mengalami musim kering sehingga pada saat kemarau panjang, air bersih kadang sangat terbatas ketersediaanya di desa ini. Oleh karena itu untuk kedepannya diwilayah ini perlu diadakan penyediaan air bersih yang bersumber dari PDAM.

4.      Jaringan Listrik
Listrik merupakan salah satu system yang sangat berpengaruh pada aktivitas perekonomian sehari-hari. Listrik merupakan prasarana yang menjadi alat pemberi kemudahan yang membantu untuk melakukan segala aktifitas keseharian kita. Tanpa adanya listrik maka aktifitas kita seakan lumpuh. Jaringan listrik telah mampu menjangkau semua lapisan masyarakat yang ada di Desa Bontosunggu.
Bentuk penyediaan energi listrik dimaksudkan untuk pemenuhan kebutuhan yang mencakup kapasitas energi dan distribusinya. Warga di Desa Bontosunggu sudah terlayani listrik, kebutuhan pengembangan pelayanan jaringan listrik mutlak dilakukan seiring dengan berkembangnya penduduk di Desa Bontosunggu dengan segala aktivitas sosial dan ekonominya. Penyaluran energi listrik di Desa Bontosunggu yaitu berupa listrik bertegangan menengah yang pada umumnya terdapat disepanjang jalan lokal dan listrik bertegangan rendah yang pada umumnya digunakan pada jalan lingkungan yang merupakan wilayah permukiman penduduk di Desa Bontosunggu.
5.    Jaringan Telekomunikasi
Telepon merupakan alat komunikasi dua arah (duplex) yang digunakan untuk menyampaikan pesan suara (terutama pesan yang berbentuk percakapan). Kebanyakan telepon beroperasi dengan menggunakan transmisi sinyal listrik dalam jaringan telepon sehingga memungkinkan pengguna telepon untuk berkomunikasi.
Namun, seiring dengan berkembangnya teknologi dan komunikasi di era global ini, pemakaian telepon sudah tidak efektif lagi karena telah digantikan oleh keberadaan telepon genggam (handphone). Hal ini di tandai dengan adanya tower telephone yang terdapat di Kecamatan Bontonompo Selatan sehingga Desa Bontosunggu juga merasakan keuntungan dari keberadaan tower telephone tersebut. Alat komunikasi inilah yang banyak digunakan oleh masyarakat yang ada di Desa Bontosunggu karena alat komunikasi ini memiliki akses tekomunikasi yang baik dan dengan sendirinya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
6.      Prasarana Persampahan
Pada umumnya, pengelolaan persampahan oleh masyarakat di Desa Bontosunggu dilakukan secara individual, yaitu dibakar, ditimbun, dan bahkan ada juga yang langsung membuangnya di sungai.
G.      Aspek Sosial Budaya
Budaya  masyarakat di Desa Bontosunggu dapat  dilihat  dari  hubungan kekerabatan masyarakat yang sangat tinggi. sangat kompak, akur, saling tolong menolong  dan  sangat  menjunjung  tinggi  norma-norma  yang  ada.  Adapun kebiasaan/adat masyarakat yang paling menarik di Desa Bontosunggu ini yaitu berupa  “Pabuntuli  Korongtigi”. Pabuntuli Korongtigi adalah  kebiasaan masyarakat  di Desa Bontosunggu  yang  ingin  melakukan  sebuah  acara  seperti sunatan  ataupun  pernikahan,  terlebih  dahulu  mereka  harus  pergi memanggil/memberitahu  para  orang  yang  dibesarkan  namanya  di  desa  ini seperti  Kepala  Desa,  Imam  Desa,  Kepala  Dusun,  maupun  Imam  Dusun  yang mana  dalam  proses  tradisi  ini,  yang  punya  acara  tersebut  pergi  ke  rumah Kepala  Desa,  Imam  Desa,  Kepala  Dusun,  maupun  Imam  Dusun  dengan membawa “bossara” yang berisi kue-kue  tradisional dan sebuah bingkisan yang dibungkus  dengan  putih  dan  mereka diiringi oleh segerombol wanita yang memakai baju adat, para tukang gendang, dan anak-anak yang membawa bendera.
Namun sebelum tradisi ini dilaksanakan, orang yang punya acara tersebut terlebih  dahulu  harus  memberitahu  kepada  Kepala  Desa,  Imam  Desa,  Kepala Dusun, maupun Imam Dusun bahwa dia akan datang pada hari itu di sore hari agar  Kepala  Desa,  Imam  Desa,  Kepala  Dusun,  maupun  Imam  Dusun mempunyai  persiapan  dirumahnya.  Selain  datang  terlebih  dahulu  untuk memberitahu,  orang  yang  punya  acara  tersebut  sekaligus  membawakan “paccing” karena “paccing” itulah yang kemudian ia ambil ketika ia datang bersama rombongannya di sore hari. 
Adapun persiapan yang dilakukan oleh Kepala Desa, Imam Desa, Kepala Dusun,  maupun  Imam  Dusun  ketika  mereka  akan  kedatangan  orang  yang punya acara tersebut yaitu berupa satu paket alat perlengkapan untuk tradisi ini dan  kemenyang.  Setelah  itu  di  keesokan  harinya,  orang  yang  punya  acara tersebut  membawakan  daging  mentah  ke  rumah  Kepala  Desa,  Imam  Desa, Kepala  Dusun,  maupun  Imam  Dusun.  Daging  mentah  tersebut  berasal  dari daging kerbau dan daging sapi karena dalam tradisi ini, orang yang melakukan Pabuntuli  Korongtigi”  tersebut  diharuskan  memotong  satu  ekor  sapi  dan  satu ekor kerbau.
Meskipun ”Pabuntuli Korongtigi” ini merupakan adat yang sangat kental di Desa Bontosunggu ini namun tidak diwajibkan pelaksanaannya untuk  seluruh masyarakat yang ingin mengadakan acara pernikahan atau acara  sunatan karena tradisi adat ”Pabuntuli  Korongtigi” ini hanya dilakukan oleh  orang yang mampu dari segi aspek ekonominya.














Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat
Selama kegiatan KKN Profesi di Desa Bontosunggu mulai dari penerimaan di lokasi, pertemuan dengan tokoh-tokoh masyarakat, observasi lapangan, pelaksanaan program kerja sampai saat penarikan kembali, kami memperoleh kemudahan-kemudahan dan dukungan dari berbagai pihak, baik dari pihak pemerintah daerah, dari partisipasi masyarakat, maupun rekan-rekan mahasiswa KKN Profesi Angakatan ke IV itu sendiri.
Factor-faktor pendukung selama melaksanakan program kerja di lokasi sebagai berikut:
1.        Bantuan dari pemerintah daerah atas bantuan dan kerjasamanya sehingga memperlancar kegiatan yang kami lakukan,
2.        Bantuan dan kerjasama yang baik dari berbagai instansi yang ada,
3.        Dukungan dan partisipasi dari Kepala Desa Bontosunggu, Imam Desa, pada Ketua Dusun, para Imam Dusun, dan masyarakat yang ada di Desa Bontosunggu,
4.        Penerimaan bantuan dari instansi pemerintahan setempat dan keterbukaan masyarakat dalam mengemukakan masalah-masalah yang dihadapi dan keinginan masyarakat dalam mengidentifikasi masalah, penentuan program kerja, pelaksanaan hingga malam penutupan,
5.        Ketersediaan dan kelancaran saran transportasi, sehingga melancarkan proses kegiatan,
6.        Dukungan dari teman-teman pemuda yang tergabung dalam LIPES (Lembaga Insan Pelangi Desa) yang selalu membantu dalam pelaksanaan kegiatan selama berada di lokasi,
7.        Penerimaan dan pelayanan yang baik dari tuan rumah selama berada di lokasi KKN Profesi, dan
8.        Kerjasama antar mahasiswa KKN Porfesi yang sangat baik.
Selain factor pendukung yang disebutkan di atas, ada pula factor yang menjadi penghambat pelaksanaan program kerja selama berada di lokasi. Beberapa factor tersebut adalah sebagai berikut:
1.        Cuaca yang sangat panas sehingga waktu kerja kami sedikit berkurang, sehingga kami harus menjadwalkan kembali program kerja yang akan kami lakukan,
2.        Permasalahan semantic atau bahasa, dikarenakan hanya sebagian kecil rekan-rekan KKN Profesi tidak pasih atau lancar dalam berbahasa bugis makassar walaupun terjemahannya sudah sedikit dimengerti,
3.        Sebagian besar masyarakatnya sulit untuk ditemui sehingga program kerja yang kita rencanakan dialihkan untuk anak-anak yang berada di desa bontosunggu dan sekitarnya, dan
4.        Seluruh mahasiswa KKN Profesi Angkatan ke IV memiliki kuliah yang mengakibatkan tidak efesiennya waktu yang digunakn dalam pelaksanaan program kerja, juga dikarenakan adanya jurusan yang tidak memiliki atau mendapatkan tempat untuk melakukan profesinya.

Saran
Saran yang dapat kami berikan adalah sebagai berikut:
1.        Untuk pihak pengelola KKN Profesi UIN Alauddin Makassar di dalam pelaksanaan kagiatan KKN Profesi selanjutnya agar dikelolah lebih professional dari sebelumnya.
2.        Waktu yang digunakan dalam pelaksanaan KKn Profesi hendaknya di hari libur semester karena tidak efesiennya waktu yang digunakn dalam pelaksanaan program kerja.
3.        Hendaknya tempat yang menjadi lokasi KKN Profesi mampu menampung seluruh jurusan yang ditempatkan di lokasi tersebut.
4.        Untuk para calon KKN Profesi selanjutnya agar senantiasa menjaga komunikasi antar rekan mahasiswa KKN Profesi.
5.        Bagi para pembaca diharapkan mempu membuat loporan yang lebih ilmiah lagi dan senantiasa memberikan kritik dan sarannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar